Nama
: Nistiani
NPM
: 13.12101.10.12
Dosen : Prof Supli Effendi Rahim
Mata Kuliah : Etika Dan
Kesehatan Lingkungan
Etimologi
Kata Malaysia terlihat pada peta tahun 1914 dari
sebuah atlas Amerika.
Nama "Malaysia" diadopsi pada 1963
ketika Federasi
Malaya bertambah Singapura, Sabah, dan Sarawak membentuk federasi bernama Malaysia[2] [13] Tetapi nama itu sendiri pernah membingungkan ketika dipakai
untuk merujuk wilayah-wilayah di Asia Tenggara. Sebuah peta yang diterbitkan
pada 1914 di Chicago menampilkan nama Malaysia pada wilayah tertentu di Nusantara.[30] Politikus di Filipina pernah menghendaki penamaan negara mereka sebagai
"Malaysia", tetapi Malaysia-lah yang pertama mengadopsi nama itu pada
1963 sebelum Filipina bertindak lebih jauh tentang masalah itu.[31] Nama lain pernah dianjurkan untuk federasi 1963. Di
antaranya adalah Langkasuka (Langkasuka adalah sebuah kerajaan kuno yang berada di
bagian hulu Semenanjung Malaya pada milenium pertama masehi).[32]
Bahkan mundur lebih jauh lagi, seorang etnolog Inggris, George Samuel Windsor Earl, di dalam jilid IV Jurnal
Kepulauan India dan Asia Timur pada 1850 mengusulkan untuk menamai kepulauan
Indonesia sebagai Melayunesia atau Indunesia,
kendati dia lebih menyukai yang terakhir.[33]
Prasejarah
Sisa-sisa arkeologis ditemukan
di Malaysia Barat, Sabah, dan Sarawak. Semang memiliki leluhur jauh di Semenanjung Malaya, merujuk pada
pemukiman pertama dari Afrika, lebih dari 50.000 tahun lalu. Senoi muncul sebagai kelompok
campuran, dengan hampir separo silsilah dari garis ibu moyang Semang dan
separonya lagi Indocina. Ini bersesuaian dengan dugaan bahwa
mereka mewakili keturunan penutur Austronesia kuno, kaum tani, yang membawa
bahasa dan teknologi mereka ke bagian selatan semenanjung kira-kira 5.000 tahun
lalu dan menyatu dengan penduduk asli. Manusia Proto Melayu lebih beraneka ragam, dan meskipun mereka menunjukkan beberapa
kaitan dengan Asia Tenggara kepulauan, beberapa di antaranya juga memiliki
leluhur di Indocina dari zaman Last Glacial Maximum, diikuti oleh penyebaran Holosen-dini
melalui Semenanjung Malaya ke Asia Tenggara kepulauan.[34]
Sejarah Dini
Semenanjung Malaya berkembang sebagai pusat perdagangan utama di Asia Tenggara, karena berkembangnya perdagangan antara Cina dan India dan negara lainnya melalui Selat Malaka yang sibuk. Claudius Ptolemaeus menunjukkan Semenanjung Malaya pada peta dininya dengan label yang
berarti "Golden Chersonese", Selat Malaka ditulis sebagai
"Sinus Sabaricus".[35] Dari pertengahan hingga akhir milenium pertama, sebagian besar
semenanjung, begitupun Nusantara berada di bawah pengaruh Sriwijaya.
Kerajaan Melayu yang paling awal
tercatat dalam sejarah tumbuh dari kota-pelabuhan tepi pantai yang dibuat pada
abad 10. Di dalamnya termasuk Langkasuka dan Lembah
Bujang di Kedah, dan juga Beruas dan Gangga Negara di Perak dan Pan Pan di Kelantan. Diperkirakan semuanya adalah kerajaan
Hindu atau Buddha. Islam tiba pada abad ke-14 di Terengganu.
Terdapat banyak kerajaan Cina
dan India pada abad ke-2 dan ke-3 Masehi—sebanyak 30 buah menurut sumber Cina.
Kedah—dikenal sebagai Kedaram, Cheh-Cha (menurut I-Ching), atau Kataha di dalam
tulisan Palawa atau bahasa Sanskerta kuno—berada di jalur serbuan pedagang dan raja India. Rajendra Chola, Kaisar Tamil kuno yang diduga berada di sekitar Kota
Gelanggi,
menjadikan Kedah tunduk pada 1025, tetapi penggantinya, Vira Rajendra Chola, harus melumpuhkan pemberontakan Kedah untuk mengatasi
para penyerbu. Kedatangan Chola berhasil meredam keagungan Sriwijaya, yang memberi pengaruh besar kepada Kedah
dan Pattani bahkan sampai ke Ligor.
Kerajaan Buddha, Ligor mengambil kendali Kedah segera setelahnya, dan rajanya, Chandrabhanu menggunakan tempat ini sebagai basis untuk menyerang Sri Lanka pada abad ke-11, sebuah peristiwa yang dipahat di atas prasasti batu di Nagapattinum di Tamil Nadu dan di dalam kisah-kisah bangsa Sri Lanka, Mahavamsa. Selama milenium pertama,
masyarakat di Semenanjung Malaya mengadopsi Hindu dan Buddha dan penggunaan bahasa Sanskerta hingga mereka beralih kepada Islam.
Ada beberapa laporan dari
wilayah lain yang lebih tua dari Kedah—misalnya kerajaan kuno Gangga Negara, di sekitar Beruas di Perak, mendorong sejarah Malaysia lebih jauh ke
belakang. Jika itu belum cukup, sebuah puisi Tamil, Pattinapillai, dari abad ke-2
M, menjelaskan barang-barang dari Kadaram menumpuk di jalanan ibukota Chola.
Sebuah drama sanskerta dari abad ke-7, Kaumudhimahotsva,
merujuk Kedah sebagai Kataha-nagari. Agnipurana juga menyebutkan sebuah daerah yang
dikenal Anda-Kataha dengan salah satu batasnya menggambarkan sebuah puncak
gunung, yang diyakini para sarjana sebagai Gunung Jerai. Kisah-kisah dari Katasaritasagaram menjelaskan kemewahan hidup di Kataha.
Gedung Sultan Abdul Samad di Kuala Lumpur, kompleks Pengadilan Tinggi Malaysia dan Pengadilan Perdagangan. Kuala Lumpur adalah ibukota
Negara-negara Melayu Bersekutu dan ibukota Malaysia saat ini.
Pada permulaan abad ke-15, Kesultanan Melaka didirikan di bawah sebuah dinasti yang didirikan oleh Parameswara, pangeran dari Palembang, Indonesia, di dalam kekaisaran
Sriwijaya. Penaklukan memaksa dia dan pendukungnya melarikan diri dari
Palembang. Parameswara berlayar ke Temasek untuk menghindari penganiayaan dan tiba di bawah perlindungan Temagi, seorang penghulu Melayu dari Pattani yang ditunjuk oleh Raja Siam sebagai bupati Temasek. Beberapa hari kemudian, Parameswara membunuh Temagi dan
mengangkat dirinya sendiri sebagai bupati. Kira-kira lima tahun kemudian, dia
meninggalkan Temasek karena ancaman dari Siam. Selama periode ini, Temasek juga
diserang oleh serombongan armada Jawa dari Majapahit.
Dia kemudian memimpin ke utara
untuk mendirikan permukiman baru. Di Muar, Parameswara berkehendak mendirikan
kerajaan barunya di Biawak Busuk atau di Kota Buruk. Mengetahui lokasi Muar
tidaklah cocok, dia meneruskan perjalanannya ke utara. Di sepanjang jalan, dia
dilaporkan telah mengunjungi Sening Ujong (nama lampau untuk Sungai Ujong
modern) sebelum sampai di sebuah perkampungan nelayan di bibir Sungai Bertam
(nama lampau untuk Sungai Melaka modern). Tempat itu lambat laun berkembang
menjadi lokasi Melaka masa kini. Menurut Sejarah Melayu, di situlah dia menyaksikan kancil mengecoh anjing ketika berteduh di bawah pohon
Melaka. Dia mengambil apa yang dia lihat sebagai pertanda yang baik dan
kemudian dia mendirikan sebuah kerajaan yang disebut Melaka, kemudian dia
membangun dan memperbaiki fasilitas untuk tujuan perdagangan.
Peralihan agama Parameswara ke Islam tidaklah jelas. Menurut sebuah
teori oleh Sabri Zain [3], Parameswara menjadi seorang Muslim ketika dia menikahi seorang
Puteri Samudera Pasai dan dia menyertakan gelar bergaya Persia "Syah", dengan
menyebut dirinya Iskandar Syah. Juga ada referensi yang menunjukkan bahwa
beberapa anggota kelas penguasa dan komunitas saudagar yang menetap di Melaka
telah menjadi Muslim. Kisah-kisah Cina menyebutkan bahwa pada 1414, putera penguasa
pertama Melaka mengunjungi Ming untuk mengabari mereka bahwa ayahnya telah wafat. Putera
Parameswara diakui secara resmi sebagai penguasa kedua Melaka oleh Kaisar Cina
dan bergelar Raja Sri Rama Vikrama, Raja Parameswara dari Temasik dan Melaka
dan dia dikenal sebagai tokoh Muslim Sultan Sri Iskandar Zulkarnain Syah atau Sultan Megat
Iskandar Syah, dan dia menguasai Melaka dari 1414 sampai 1424. [4] [5] Kerajaan ini menguasai wilayah
yang sekarang ini disebut Semenanjung Malaya, selatan Thailand (Pattani, dan pantai timur Sumatera. Kerajaan ini berlangsung selama lebih
dari satu abad, dan dalam periode tersebut menyebarkan Islam ke seluruh Nusantara. Melaka, sebagai pelabuhan perdagangan
penting, terletak hampir di tengah-tengah rute perdagangan Cina dan India.
Pada 1511, Melaka ditaklukkan
oleh Portugal, yang mendirikan sebuah koloni di sana;
maka berakhirlah Kesultanan Melaka. Tetapi, Sultan terakhir melarikan diri ke Kampar, Riau, Sumatera dan meninggal di sana. Putera-putera Sultan Melaka terakhir
mendirikan dua kesultanan di tempat lain di semenanjung & mdash; Kesultanan
Perak di utara, dan Kesultanan Johor (mulanya kelanjutan kesultanan Melaka kuno) di selatan. Setelah jatuhnya Melaka, tiga negara berjuang
menguasai Selat Malaka: Portugis (di Melaka),
Kesultanan Johor, dan Kesultanan Aceh. Konflik ini berlangsung
sampai tahun 1641, ketika Belanda (bersekutu dengan Kesultanan Johor) untuk merebut Melaka.
Kerajaan ini merupakan
kelanjutan dari Kesultanan Malaka tua, tapi sekarang dikenal dengan nama Kesultanan Johor, yang masih ada sampai sekarang. Setelah
jatuhnya Melaka, tiga negara berebut untuk mengambil kontrol Selat Malaka: Portugis (di Malaka), Kesultanan Johor, dan Kesultanan Aceh; dan peperangan berakhir pada 1641, ketika Belanda (bersekutu dengan Kesultanan Johor) merebut Malaka.
Kota-kota Besar
1. Kuala Lumpur
2. Johor Bahru
3. Shah Alam
4. Subang Jaya
5. Alor Setar
Geografi
Malaysia adalah negara
berpenduduk terbanyak ke-43 dan negara
dengan daratan terluas ke-66 di dunia, dengan jumlah penduduk kira-kira 27 juta dan luas
wilayah melebihi 320.000 km2. Jumlah penduduk sedemikian cukup
sebanding dengan jumlah penduduk Arab Saudi dan Venezuela, dan luas wilayah sedemikian sebanding
dengan luas wilayah Norwegia dan Vietnam, atau New Mexico, sebuah
negara bagian di Amerika Serikat.
Malaysia terdiri atas dua
kawasan utama yang terpisah oleh Laut Cina Selatan. Keduanya memiliki bentuk muka
bumi yang hampir sama, yaitu dari pinggir laut yang landai hingga hutan lebat
dan bukit tinggi. Puncak tertinggi di Malaysia (dan juga di Kalimantan) yaitu Gunung Kinabalu setinggi 4.095,2 meter di Sabah. Iklim lokal adalah khatulistiwa dan dicirikan oleh angin muson barat daya (April hingga
Oktober) dan timur laut (Oktober hingga Februari).
Tanjung Piai, terletak di selatan negara bagian Johor, adalah tanjung paling selatan benua Asia.[67][68] Selat Malaka, terletak di antara Sumatera dan Semenanjung Malaysia, jalur pelayaran terpenting di dunia.[69]
Kuala Lumpur adalah ibukota resmi dan kota terbesar di Malaysia. Putrajaya di pihak lain, dipandang sebagai ibukota administratif
pemerintahan persekutuan Malaysia. Meskipun banyak cabang eksekutif dan
judikatif pemerintahan persekutuan telah pindah ke sana (untuk menghindari
kemacetan yang tumbuh di Kuala Lumpur), tetapi Kuala Lumpur masih dipandang
sebagai ibukota legislatif Malaysia karena di sanalah beradanya kompleks gedung Parlemen Malaysia. Kuala Lumpur juga merupakan pusat
perdagangan dan keuangan Malaysia.
Kota utama lain termasuk Ipoh, George Town, Johor Bahru, Kuching, Kota Kinabalu, Miri, Alor Star, Kota Melaka, dan Petaling Jaya.
Sumber daya alam
Malaysia diberkati dengan
sumber daya alam semisal sektor pertanian, kehutanan, dan pertambangan. Di sektor pertanian, Malaysia
adalah salah satu pengekspor terbesar karet alam dan minyak sawit, yang bersama-sama dengan damar dan kayu gelondongan, kakao, lada, nenas, dan tembakau mendominasi pertumbuhan sektor itu. Minyak sawit juga merupakan pembangkit utama perdagangan internasional Malaysia.
Salah satu kebun teh di
Malaysia.
Tentang sumber daya hutan,
diketahui bahwa usaha penggelondongan dimulai untuk membuat kontribusi berarti
bagi ekonomi Malaysia pada abad ke-19. Kini, ditaksir 59% daratan Malaysia
masih berupa hutan. Perluasan industri damar yang cepat, khususnya setelah era
1960-an, telah menghasilkan masalah erosi di hutan-hutan negara ini. Tetapi, dengan adanya komitmen
pemerintah untuk melindungi lingkungan dan sistem ekologi, sumber daya hutan dikelola pada landasan
yang berkelanjutan, dampak ikutannya adalah menurunnya laju penebangan pohon.
Sebagai tambahan, sejumlah
wilayah yang substansial diperlakukan sebagai hutan produksi (silvikultur) dan upaya penghutanan kembali
terhadap lahan hutan sudah dilakukan. Pemerintah Malaysia merencanakan
pengayaan tanah seluas 312,30 kilometer persegi dengan rotan di bawah kondisi hutan alami
dan di sela-sela tanaman karet alami sebagai komoditas panen perantara. Untuk
terus memperkaya sumber-sumber hutan, spesies damar yang cepat-tumbuh seperti meranti
tembaga, merawan dan sesenduk juga ditanam. Pada saat yang sama,
penuaian pohon-pohon berharga tinggi seperti jati dan pohon lainnya untuk dijadikan pulp dan kertas juga dianjurkan. Karet, pernah menjadi arus utama ekonomi Malaysia, kini digantikan oleh minyak sawit sebagai komoditas ekspor utama pertanian Malaysia.
Timah dan minyak bumi adalah dua sumber daya mineral utama yang menjadi penyokong
ekonomi utama Malaysia. Malaysia pernah menjadi penghasil timah terbesar di
dunia hingga runtuhnya pasar timah di permulaan tahun 1980-an. Pada abad ke-19
dan ke-20, timah memainkan peran dominan di dalam ekonomi Malaysia. Pada 1972
minyak bumi dan gas alam mengambil alih timah sebagai komoditas utama sektor pemurnian
mineral. Sementara itu, kontribusi timah semakin menurun. Penemuan minyak bumi
dan gas alam di ladang minyak lepas pantai Sabah, Sarawak, dan Terengganu memiliki sumbangan
penting bagi ekonomi Malaysia. Mineral lain menurut tingkat kepentingan dan
keberartiannya adalah tembaga, bauksit, besi, dan batu bara bersama-sama dengan mineral industri seperti tanah liat, kaolin, silika, batu
gamping, barit, fosfat, dan bebatuan dimensi seperti granit juga blok dan lempengan marmer. Sejumlah emas dengan kadar minimalis juga
diproduksi.
Pada 2004, seorang menteri di
Departemen Perdana Menteri, Mustapa
Mohamed,
menyatakan bahwa cadangan minyak bumi Malaysia berada pada kisaran 4.84 miliar barel, sedangkan cadangan
gas alam bertambah menjadi 89 triliun kaki
kubik (2,500 km³). Pada 1 Januari 2007, Petronas melaporkan bahwa cadangan minyak dan gas di Malaysia berkisar pada
ekuivalensi 20.18 miliar barel.[70]
Pemerintah menaksir bahwa pada laju produksi terkini, Malaysia akan
mampu menghasilkan minyak sampai 18 tahun dan gas sampai 35 tahun ke muka. Pada 2004, Malaysia menduduki peringkat ke-24 menurut cadangan minyak dunia dan ke-13 menurut cadangan
gas. 56% dari cadangan minyak ada di Semenanjung sedangkan 19% di Malaysia
Timur. Tiap-tiap negara bagian memelihara hak untuk menguasai sumber-sumber
daya alam di dalam wilayahnya. Tetapi, pemerintah persekutuan menguasai minyak
dan gas. Negara bagian yang memiliki minyak dan gas diberi royalti.
Demografi
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Demografi Malaysia
Penduduk Malaysia terdiri dari
berbagai kelompok suku, dengan Suku Melayu sejumlah 50,4% menjadi ras terbesar dan bumiputra/suku asli (aborigin) di Sabah dan Sarawak sejumlah 11% [71] keseluruhan penduduk. Menurut definisi konstitusi Malaysia, orang
Melayu adalah Muslim, menggunakan Bahasa Melayu, yang menjalankan adat dan budaya Melayu.
Oleh karena itu, secara teknis, seorang Muslim dari ras manapun yang
menjalankan kebiasaan dan budaya Melayu dapat dipandang sebagai Melayu dan
memiliki hak yang sama ketika berhadapan dengan hak-hak istimewa Melayu seperti
yang dinyatakan di dalam konstitusi. Melebihi separo bagian dari keseluruhan
penduduk, bumiputra non-melayu menjadi kelompok dominan di negara bagian
Sarawak (30%-nya adalah Iban), dan mendekati 60% penduduk Sabah
(18%-nya adalah Kadazan-Dusun, dan 17%nya adalah Bajaus).[71] Bumiputra non-Melayu itu terbagi atas puluhan kumpulan ras tetapi
memiliki budaya umum yang sama. Hingga abad ke-20, kebanyakan dari mereka
mengamalkan kepercayaan tradisional tetapi kini telah banyak yang sudah memeluk Kristen atau Islam. Masuknya ras lain sedikit banyak
mengurangi persentase penduduk pribumi di kedua negara bagian itu. Juga
terdapat kelompok aborigin dengan jumlah sedikit di Semenanjung, mereka biasa disebut Orang Asli.
23,7% penduduk adalah Tionghoa-Malaysia, sedangkan India-Malaysia sebanyak 7,1% penduduk.[71] Sebagian besar komunitas India adalah Tamil (85%), tetapi berbagai kelompok
lainnya juga ada, termasuk Malayalam, Punjab, dan Gujarat. Sebagian lagi penduduk Malaysia berdarah
campuran Timur Tengah, Thailand, dan Indonesia. Keturunan Eropa dan Eurasia termasuk Britania yang menetap di Malaysia sejak zaman kolonial,
dan komunitas Kristang yang kuat di Melaka. Sejumlah kecil orang Khmer dan Vietnam menetap di Malaysia sebagai pengungsi Perang Vietnam.
Sebaran penduduk sangat tidak
merata, dengan lebih dari 17 juta penduduk menetap di Malaysia Barat, sedangkan tidak lebih dari 7 juta
menetap di Malaysia Timur. Karena tumbuhnya industri
padat tenaga kerja, Malaysia memiliki 10% sampai 20% pekerja imigran dengan
besarnya ketidakpastian jumlah pekerja ilegal, terutama asal Indonesia. Terdapat sejuta pekerja imigran yang
legal dan mungkin orang asing ilegal lainnya. Negara bagian Sabah sendiri
memiliki hampir 25% dari 2,7 juta penduduknya terdaftar sebagai pekerja imigran
ilegal menurut sensus terakhir. Tetapi, gambaran 25% ini diduga kurang dari
setengah gambaran yang diperkirakan oleh lembaga-lembaga swadaya masyarakat.[72]
Sebagai tambahan, menurut World Refugee Survey 2008, yang
diterbitkan oleh Komisi Pengungsi dan Imigran Amerika Serikat, Malaysia
menampung pengungsi dan pencari suaka mendekati angka 155.700. Dari jumlah ini,
hampir 70.500 pengungsi dan pencari suaka berasal dari Filipina, 69.700 dari Myanmar, dan 21.800 dari Indonesia.[73] Komisi Pengungsi dan Imigran Amerika Serikat menamai Malaysia
sebagai salah satu dari sepuluh tempat terburuk bagi pengungsi karena adanya
praktik diskriminasi negara kepada pengungsi. Petugas Malaysia dilaporkan
memulangkan pendatang secara langsung kepada penyelundup manusia pada 2007, dan
Malaysia menugaskan RELA, milisi sukarelawan, untuk menegakkan undang-undang
imigrasi negara itu.[73]
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Agama
di Malaysia
Informasi lebih lanjut: Islam
di Malaysia, Buddha di Malaysia, Kristen di Malaysia, dan Hindu
di Malaysia
Malaysia adalah masyarakat
multi-agama dan Islam adalah agama resminya. Menurut gambaran Sensus Penduduk dan
Perumahan 2000, hampir 60,4 persen penduduk memeluk agama Islam; 19,2 persen Buddha; 9,1 persen Kristen; 6,3 persen Hindu; dan 2,6 persen Agama
Tionghoa tradisional. Sisanya dianggap memeluk
agama lain, misalnya Animisme, Agama
rakyat, Sikh, dan keyakinan lain; sedangkan 1,1% dilaporkan tidak beragama
atau tidak memberikan informasi.[74][75]
Semua orang Melayu dipandang Muslim (100%) seperti yang didefinisi pada Pasal 160 Konstitusi Malaysia.[76] Statistik tambahan dari Sensus 2000
yang menunjukkan bahwa Tionghoa-Malaysia sebagian besar memeluk agama Buddha (75,9%), dengan sejumlah
signifikan mengikuti ajaran Tao (10,6%) dan Kristen (9,6%). Sebagian besar orang India-Malaysia mengikuti Hindu (84,5%), dengan sejumlah kecil mengikuti Kristen
(7,7%) dan Muslim (3,8%). Kristen adalah agama dominan bagi komunitas
non-Melayu bumiputra (50,1%) dengan tambahan 36,3% diketahui sebagai Muslim dan 7,3%
digolongkan secara resmi sebagai pengikut agama
rakyat.[75]
Konstitusi Malaysia secara
teoretik menjamin kebebasan beragama. Tambahan lagi, semua
non-Muslim yang menikahi Muslim harus meninggalkan agama mereka dan beralih kepada Islam.
Sementara, kaum non-Muslim mengalami berbagai batasan di dalam
kegiatan-kegiatan keagamaan mereka, seperti pembangunan sarana ibadah dan
perayaan upacara keagamaan di beberapa negara bagian.[77][78] Muslim dituntut mengikuti keputusan-keputusan Mahkamah Syariah ketika mereka berkenaan dengan agama mereka. Jurisdiksi Mahkamah Syariah dibatasi hanya bagi Muslim
menyangkut Keyakinan dan Kewajiban sebagai Muslim, termasuk di antaranya pernikahan, warisan, kemurtadan, dan hubungan internal sesama umat. Tidak
ada pelanggaran perdata atau pidana berada di bawah jurisdiksi Mahkamah
Syariah, yang memiliki hierarki yang sama dengan Pengadilan Sipil
Malaysia.
Meskipun menjadi pengadilan tertinggi di negara itu, Pengadilan-Pengadilan
Sipil (termasuk Pengadilan Persekutuan, pengadilan tertinggi di Malaysia) pada
prinsipnya tidak dapat memberikan putusan lebih tinggi daripada yang dibuat
oleh Mahkamah Syariah; dan biasanya mereka segan untuk memimpin kasus-kasus
yang melibatkan Islam di dalam wilayah atau pertanyaan atau tantangan terhadap
autoritas Mahkamah Syariah. Hal ini menyebabkan masalah-masalah yang cukup
mengemuka, khususnya yang melibatkan kasus-kasus perdata di antara Muslim dan
non-Muslim, di mana pengadilan sipil telah memerintahkan non-Muslim untuk
mencari pertolongan dari Mahkamah Syariah.
Awal tahun 2010 dalam putusan Pengadilan Tinggi yang memutuskan mengizinkan surat kabar Katolik the Herald untuk menggunakan kata Allah untuk Tuhan telah memicu dibakarnya lebih dari 4
bangunan gereja dan beberapa lainnya dirusak massa di Kuala Lumpur ibu kota Malaysia.
Pendidikan
Pendidikan di Malaysia dipantau
oleh Kementerian Pendidikan Pemerintah Persekutuan.[83]
Sebagian besar anak-anak
Malaysia mulai bersekolah pada usia tiga sampai enam tahun, di Taman Kanak-Kanak. Sebagian besar taman kanak-kanak
dijalankan pihak swasta, tetapi ada sedikit taman kanak-kanak yang dijalankan
pemerintah.
Anak-anak mulai bersekolah
dasar pada usia tujuh tahun selama enam tahun ke muka. Terdapat dua jenis utama
sekolah dasar yang dijalankan atau berbantuan pemerintah. Sekolah berbahasa
asli (Sekolah Jenis Kebangsaan) menggunakan bahasa Tionghoa atau bahasa Tamil sebagai bahasa pengantar. Sebelum melanjutkan ke tahap pendidikan
sekunder, siswa-siswi di kelas 6 dipersyaratkan untuk mengikuti Ujian Prestasi
Sekolah Dasar (Ujian
Pencapaian Sekolah Rendah, UPSR). Sebuah program yang disebut Penilaian Tahap Satu, PTS
digunakan untuk mengukur kemampuan siswa-siswi yang cerdas, dan memungkinkan
mereka naik dari kelas 3 ke kelas 5, meloncati kelas 4.[84] Tetapi, program ini dihapus pada 2001.
Pendidikan tahap dua di
Malaysia dilaksanakan di dalam Sekolah
Menengah Kebangsaan (setara SMP+SMA di Indonesia) selama lima tahun. Sekolah Menengah Kebangsaan
menggunakan bahasa Malaysia sebagai bahasa pengantar. Khusus mata pelajaran
Matematika dan Sains juga bahasa non-Melayu, ini berlaku mulai tahun 2003, dan
sebelum itu semua pelajaran non-bahasa diajarkan di dalam bahasa Malaysia. Di
akhir Form Three, yaitu
kelas tiga, siswa-siswi diuji di dalam Penilaian Menengah Rendah, PMR. Di kelas lima pendidikan
tahap dua (Form Five), siswa-siswi mengikuti ujian Ijazah Pendidikan
Malaysia (Sijil
Pelajaran Malaysia, SPM), yang setara dengan bekas British
Ordinary pada tahapan 'O'.
Sekolah tertua di Malaysia adalah Penang Free School, juga sekolah tertua di Asia Tenggara.
Pendidikan tahap dua nasional
Malaysia dibagi ke dalam beberapa jenis, yaitu National Secondary School (Sekolah Menengah Kebangsaan), Religious Secondary School (Sekolah Menengah Agama), National-Type
Secondary School (Sekolah Menengah Jenis Kebangsaan) yang juga disebut Mission School (Sekolah
Dakwah), Technical School (Sekolah Menengah
Teknik), Sekolah Berasrama Penuh, dan MARA Junior Science College (Maktab Rendah Sains MARA).
Juga terdapat 60 Chinese Independent High School di Malaysia, yang sebagian besar di antaranya berbahasa pengantar bahasa Tionghoa. Chinese
Independent High School dipantau
dan distandardisasi oleh United
Chinese School Committees' Association of Malaysia (UCSCAM, lebih lazim disebut di dalam
bahasa Tionghoa, Dong Zong 董总),
tetapi, tidak seperti sekolah pemerintah, tiap-tiap sekolah independen bebas
menentukan keputusan. Belajar di sekolah independen memerlukan waktu 6 tahun
untuk tamat, terbagi ke dalam Tahap Junior (3 tahun) dan Tahap Senior (3
tahun). Siswa-siswi akan mengikuti uji standardisasi yang diadakan oleh UCSCAM,
yang dikenal sebagai Unified
Examination Certificate (UEC) (Ijazah
Pengujian Bersama) di Menengah Junior 3 (setara Penilaian Menengah Rendah) dan
Menengah Senior 3 (setara tahap A). Sejumlah sekolah independen mengadakan
kelas-kelas berbahasa Malaysia dan berbahasa Inggris selain berbahasa Tionghoa,
memungkinkan siswa-siswi mengikuti Penilaian Menengah Rendah dan Sijil
Pelajaran Malaysia juga.
Sebelum perkenalan sistem matrikulasi, siswa-siswi yang hendak
memasuki universitas publik harus menyelesaikan 18 bulan tambahan sekolah
sekunder di Form Six (kelas 6) dan mengikuti Sijil Tinggi Persekolahan Malaysia, STPM; yang setara British Advanced atau tahap 'A'. Karena perkenalan
program matrikulasi sebagai alternatif bagi STPM pada 1999, siswa-siswi yang
menamatkan program 12 bulan di perkuliahan matrikulasi (kolej matrikulasi di
dalam bahasa Malaysia) dapat mendaftar di universitas lokal. Tetapi, di dalam
sistem matrikulasi, hanya 10% dari bangku yang tersedia bagi siswa-siswi
non-Bumiputra dan sisanya untuk siswa-siswi Bumiputra.
Terdapat universitas publik
seperti Universitas Malaya, Universitas
Sains Malaysia, Universitas
Putra Malaysia Universitas
Teknologi Malaysia, Universitas
Teknologi Mara, dan Universitas
Kebangsaan Malaysia. Universitas swasta juga mendapatkan reputasi yang cukup untuk
pendidikan bermutu internasional dan banyak siswa-siswi dari seluruh dunia
berminat memasuki universitas-universitas itu. Misalnya Multimedia University, Universitas
Teknologi Petronas, dan lain-lain. Sebagai tambahan, empat universitas bereputasi
internasional telah membuka kampus cabangnya di Malaysia sejak 1998. Sebuah
kampus cabang dapat dilihat sebagai ‘kampus lepas pantai’ dari universitas
asing, yang memberikan kuliah dan penghargaan yang sama seperti kampus
utamanya. Siswa-siswi lokal maupun internasional dapat meraih kualifikasi asing
identik ini di Malaysia dengan biaya rendah. Kampus cabang universitas asing di
Malaysia adalah: Monash University Malaysia Campus, Curtin University of Technology Sarawak Campus, Swinburne University of Technology Sarawak Campus, dan University of Nottingham Malaysia Campus.
Siswa-siswi juga memiliki opsi
untuk mendaftar di lembaga tersier swasta setelah menamatkan pendidikan
sekunder. Sebagian besar lembaga memiliki pranala pendidikan dengan universitas-universitas seberang lautan semisal
di Amerika Serikat, Britania Raya, dan Australia, memungkinkan mahasiswa menghabiskan
periode perkuliahannya dengan mendapatkan kualifikasi seberang lautan. Satu
contoh adalah SEGi College yang bermitra dengan University of Abertay Dundee.[85] Mahasiswa Malaysia belajar di luar
negara seperti di Indonesia, Britania Raya, Amerika Serikat, Australia, Selandia Baru, Kanada, Singapura, Jepang dan negara-negara di Timur-Tengah
seperti Yordania dan Mesir. Ada juga mahasiswa Malaysia di beberapa
universitas di Korea Selatan, Jerman, Perancis, Republik Rakyat
Tiongkok, Irlandia, India, Rusia, Polandia, dan Republik Ceko.
Sebagai tambahan untuk
Kurikulum Nasional Malaysia, Malaysia memiliki sekolah internasional. Sekolah
internasional memberi para siswa kesempatan untuk mempelajari kurikulum dari
negara lain. Sekolah-sekolah ini utamanya dibuka karena bertambahnya penduduk
ekspatriat di negara ini. Sekolat internasional termasuk: Sekolah
Indonesia (kurikulum Indonesia), Australian International School, Malaysia (kurikulum Australia), Alice Smith School (kurikulum Britania), elc International school (kurikulum Britania), Garden International School (kurikulum Britania), Lodge
International School (kurikulum
Britania), International School of Kuala Lumpur (kurikulum Amerika dan Sarjana Muda Internasional), Japanese School of Kuala Lumpur (Kurikulum Jepang), The Chinese Taipei School, Kuala Lumpur and The Chinese Taipei
School, Penang (Kurikulum Cina-Taipei), International School of Penang (Kurikulum Britania dan Sarjana Muda
Internasional), Lycée
Français de Kuala Lumpur (Kurikulum Perancis), dan
lain-lain.
Kesehatan
Informasi lebih lanjut: Daftar Rumah Sakit di Malaysia
Masyarakat Malaysia menempati
tingkat kepentingan pada perluasan dan pengembangan kesehatan, 5% anggaran pembangunan sektor sosial pemerintah adalah untuk
kesehatan masyarakat—penaikan lebih dari 47% dari periode sebelumnya. Ini
berarti semua kenaikan lebih dari 2 miliar ringgit Malaysia (lebih dari 6,5
triliun rupiah). Dengan menaiknya harapan hidup dan bertambahnya penduduk,
pemerintah berkehendak untuk memperbaiki banyak sektor, termasuk perbaikan
rumah sakit yang ada, membangun dan melengkapi rumah sakit baru, pertambahan
jumlah klinik umum, dan perbaikan pelatihan dan perluasan pelayanan jarak jauh
(telehealth). Bertahun-tahun lalu
pemerintah telah memperkuat usaha untuk memutakhirkan sistem dan menggaet lebih
banyak investor asing.
Sistem kesehatan Malaysia
memerlukan para dokter untuk melaksanakan tugas tiga tahun pelayanan di rumah
sakit umum untuk meyakinkan sumber daya manusia
rumah-rumah sakit itu tetap terjaga. Baru-baru ini dokter-dokter asing juga
ditugaskan untuk bekerja di sini. Tetapi masih juga sejumlah kekurangan tenaga
medis, khususnya yang berpengalaman spesialis, hasilnya pelayanan dan
perawatan kesehatan tertentu hanya ada di kota-kota besar. Upaya-upaya terbaru
untuk menghadirkan banyak fasilitas ke kota-kota lain dihambat oleh kurangnya
ahli untuk menjalankan peralatan yang tersedia dari para investor.
Sebagian besar rumah sakit swasta berada di perkotaan, dan tidak seperti banyak rumah sakit
umum, diperlengkapi dengan fasilitas diagnosis dan visualisasi terbaru. RUmah
sakit swasta umumnya tidak dilihat sebagai investasi ideal—sedikitnya perlu
waktu sepuluh tahun sebelum investor meraih untung. Namun, situasi itu kini
berubah dan perusahaan kini melihat wilayah ini lagi, terkhusus memperhatikan
kenaikan minat orang asing yang datang ke Malaysia untuk tujuan perawatan
kesehatan dan fokus pemerintah terbatu untuk membangun industri pariwisata
kesehatan.[86]
Kewarganegaraan
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Kewarganegaraan Malaysia
Sebagian besar orang Malaysia
diberikan kewarganegaraan oleh lex soli.[87] Kewarganegaraan di negara bagian Sabah dan Sarawak di Malaysia Timur berbeda dengan kewarganegaraan di Malaysia Barat untuk tujuan imigrasi. Setiap warga negara diberi selembar kartu
identitas biometric smart chip, yang biasa disebut MyKad, pada umur 12 tahun, dan harus membawa
kartu itu kapanpun.[88]
Ekonomi
Menara Petronas di Kuala Lumpur. Pertumbuhan cepat ekonomi dan
kemakmuran Malaysia dicirikan oleh Menara Petronas, kantor pusat raksasa minyak
nasional.
Pada abad ke-17, mereka
didirikan di beberapa negara bagian. Kemudian, sejak Britania Raya mulai mengambil alih sebagai administrator Malaya Britania, pohon karet dan kelapa sawit diperkenalkan untuk tujuan komersial. Di dalam waktu lama, Malaya
menjadi penghasil timah, karet, dan minyak sawit terbesar di dunia.[89] Tiga komoditas ini, beserta bahan
mentah lainnya, mengatur tempo ekonomi Malaysia lebih baik sampai abad ke-20.
Sebagai ganti kebergantungan
pada Suku Melayu sebagai sumber tenaga kerja, Britania membawa Tionghoa dan orang
India untuk bekerja di pertambangan, perkebunan, dan mengisi kekosongan ahli
profesional. Kendati banyak dari mereka kembali ke negara asal mereka setelah
kontrak dipenuhi, beberapa di antaranya menetap di Malaysia.
Ketika Malaya bergerak ke arah
kemerdekaan, pemerintah mulai menerapkan perencanaan ekonomi lima tahunan,
dimulai dengan Rencana Lima Tahun Malaya Pertama pada 1955. Ketika Malaysia didirikan, istilah perencanaan diganti
dan dinomori, dimulai dengan Rencana
Malaysia Pertama pada 1965.
Pada 1970-an, Malaysia mulai
meniru ekonomi Empat Macan Asia (Taiwan, Korea Selatan, Hong Kong, dan Singapura) dan berkomitmen
kepada transformasi dari ekonomi yang bergantung pada pertambangan dan
pertanian ke ekonomi berbasis manufaktur. Dengan investasi Jepang,
industri-industri berat mulai dibuka dan beberapa tahun kemudian, ekspor
Malaysia menjadi mesin pertumbuhan primer negara ini[rujukan?]. Malaysia secara
konsisten menerima lebih dari 7% pertumbuhan PDB disertai dengan inflasi yang rendah pada 1980-an dan 1990-an.[90] Pada dasarnya, pertumbuhan Malaysia bergantung pada ekspor bahan elektronik seperti chip komputer dan sebagainya. Akibatnya, Malaysia merasakan tekanan hebat semasa krisis ekonomi pada tahun 1998 dan kemerosotan dalam sektor teknologi informasi pada tahun 2001. KDNK pada tahun 2001 hanya meningkat sebanyak
0,3% disebabkan pengurangan 11% dalam bilangan ekspor tetapi paket perangsang
fiskal yang besar telah mengurangi dampak tersebut.
Pada periode yang sama,
pemerintah berupaya mengurangi angka kemiskinan dengan Kebijakan
Ekonomi Baru Malaysia (NEP) yang kontroversial,
setelah Peristiwa 13 Mei, kerusuhan antar-etnis pada 1969.[51] Tujuan utamanya adalah menghilangkan keterkaitan ras dengan fungsi
ekonomi, dan rencana lima tahun pertama mulai menerapkan NEP sebagai Rencana Malaysia
Kedua.
Kejayaan atau kegagalan NEP menjadi bahan perdebatan, kendati secara resmi
berakhir pada 1990 dan diganti dengan Kebijakan
Pembangunan Nasional (NDP). Baru-baru ini banyak
debat muncul sekali lagi tentang hasil dan relevansi NEP. Sebagian pihak
berdalih bahwa NEP jelas-jelas berjaya menciptakan pengusaha dan tenaga
profesional Melayu kelas menengah-atas. Kendati beberapa perbaikan di dalam
kekuatan ekonomi Melayu secara umum, pemerintah Malaysia memelihara kebijakan
diskriminasi yang menguntungkan Suku Melayu di atas suku lain - termasuk
pengutamaan penerimaan kerja, pendidikan, beasiswa, perdagangan, akses
mendapatkan rumah murah dan tabungan yang dibantu.[91] Perlakuan khusus ini memicu kecemburuan dan kebencian di antara
non-Melayu dan Melayu.
Penguasaan Tionghoa terhadap
sektor ekonomi negara yang dimiliki pihak lokal telah banyak diserahkan demi
menguntungkan Bumiputra/Melayu di banyak industri strategis/penting seperti
distribusi turunan minyak bumi, transportasi, pertanian, dan lain-lain.
Sebagian besar profesional per kapita masih didominasi orang India-Malaysia.
Ledakan ekonomi yang cepat
memicu macam-macam masalah pemasokan. Sedikitnya tenaga kerja segera dipenuhi dengan
mengalirnya jutaan pekerja imigran, banyak di antaranya ilegal. PLC yang kaya akan modal tunai dan konsorsium bank-bank segera
menguntungkan pertambahan dan mencepatnya pemulaian pembangunan projek-projek
infrastruktur besar. Ini berakhir ketika krisis finansial
Asia 1997 melanda pada musim gugur 1997,
menghantarkan kejutan besar bagi ekonomi Malaysia.
Seperti negara lain yang
dipengaruhi krisis, terjadi penjualan singkat spekulatif mata uang Malaysia, ringgit. Penanaman modal
asing jatuh pada tingkatan yang berbahaya,
karena modal menguap ke luar negara, nilai ringgit jatuh dari MYR 2,50 per USD
ke, MYR 4,80 per USD. Indeks komposit Bursa Malaysia terjungkal dari hampir 1.300 poin ke kisaran 400 poin dalam
hitungan pekan. Setelah penangkapan kontroversial menteri keuangan Anwar Ibrahim, sebuah Dewan Aksi Ekonomi Nasional
dibentuk untuk mengantisipasi krisis moneter. Bank Negara
Malaysia menentukan pengendalian modal dan mematok nilai
tukar ringgit Malaysia pada
3,80 terhadap dolar Amerika Serikat. Bagaimanapun, Malaysia menolak paket
bantuan ekonomi dari Dana Moneter
Internasional (IMF) dan Bank Dunia, tindakan
yang mengejutkan analis asing.
Pada Maret, 2005, United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD) menerbitkan sebuah makalah tentang sumber-sumber dan
langkah pemulihan Malaysia, ditulis oleh Jomo K.S. dari departemen ekonomi
terapan, Universitas Malaya, Kuala Lumpur. Makalah itu menyimpulkan bahwa kontrol
yang ditentukan pemerintah Malaysia tidaklah memperparah tidak pula membantu
pemulihan. Faktor terbesar adalah menaiknya jumlah ekspor komponen elektronik,
yang disebabkan oleh menaiknya permintaan komponen di Amerika Serikat, yang
disebabkan oleh kekhawatiran dampak kedatangan tahun 2000 (Y2K) pada komputer dan perangkat
digital lain yang lebih tua.
Tetapi, pasca-memudarnya Y2K
pada 2001 tidak memengaruhi Malaysia seperti banyak negara lain. Ini menjadi
bukti yang lebih jelas bahwa ada sebab-sebab dan dampak-dampak lain yang
mungkin lebih bersesuaian untuk pemulihan. Satu kemungkinan adalah bahwa para
spekulan mata uang mengalami kebangkrutan keuangan setelah jatuh di dalam aksi
serang mereka terhadap dolar Hong Kong pada Agustus 1998 dan setelah rubel Rusia tumbang. (Lihat George Soros)
Tanpa memperhatikan sebab dan
akibat klaim, peremajaan ekonomi juga bergulir dengan defisit anggaran dan
belanja pemerintah besar-besaran pada tahun-tahun setelah krisis. Kemudian,
Malaysia menikmati pemulihan ekonomi lebih cepat dibandingkan dengan
jiran-jirannya. Bagaimanapun, di banyak cara negara ini belum mengalami
kepulihan pada tingkatan pra-krisis.
Sementara langkah pembangunan
kini tidak secepat dulu, tetapi terasa lebih stabil. Kendati kontrol dan
penjagaan ekonomi bukan menjadi alasan utama pemulihan, tidak ada keraguan
bahwa sektor perbankan menjadi lebih kenyal terhadap serangan luar negara. Akun
saat ini berada di surplus struktural, memberikan bantalan bagi pengambangan
modal. Harga-harga aset kini, fraksi dari ketinggian pra-krisis mereka.
Malaysia mempunyai sejumlah
elemen makroekonomi yang stabil (di mana tingkat inflasi dan tingkat pengangguran tetap di bawah 3%), simpanan pertukaran uang asing yang sehat, dan
utang luar negeri yang rendah. Ini memungkinkan Malaysia untuk tidak mengalami
krisis yang sama seperti Krisis finansial
Asia pada tahun 1997. Walau bagaimanapun,
prospek jangka panjang kelihatan kurang baik disebabkan kurangnya perubahan
dalam sektor badan
hukum terutama sektor yang berurusan dengan
utang korporat yang tinggi dan kompetitif.
Nilai tukar yang dipatok dibuka
kembali pada Juli 2005 untuk nilai tukar mengambang yang terawasi setelah satu jam pemberlakuan yang sama oleh Cina.[92] Pada pekan yang sama, ringgit menguat satu persen dibandingkan
mata uang utama lainnya dan diharapkan akan mengalami apresiasi lebih jauh.
Tetapi pada Desember 2005, harapan apresiasi lebih jauh menjadi bisu karena aliran
modal melampaui USD 10 miliar.[93]
Pada September 2005, Howard J.
Davies, direktur London School
of Economics, di dalam sebuah pertemuan di Kuala Lumpur, memperingatkan para pejabat
Malaysia bahwa jika mereka ingin pasar modal fleksibel kembali, mereka harus
mencabut larangan penjualan singkat. Pada Maret 2006, Malaysia mencabut
larangan penjualan singkat.[94] Kini, Malaysia dipandang sebagai negara industri
baru.
Budaya
Seorang penari mempersembahkan tarian Ulek Mayang, sebuah persembahan tarian dari Terengganu, Malaysia.
Budaya Malaysia merujuk kepada
kebudayaan semua masyarakat majemuk yang terdapat di Malaysia dan berbagai suku di
sana,
seperti: